Langsa | KameraBerita – Penulis buku gelar diskusi dan promosi buku, “Road To Helsinki Aceh Dalam Perang dan Damai,” berlangsung di Lantai 2 Royal Coffee Jalan Lilawangsa Gampong Paya Bujok Tunong Kecamatan Langsa Kota, Kamis (3/1/2019).
Kegiatan ini turut dihadiri M. Nur Djuli penulis buku,”The Long and Winding Road To Helsinki, Aceh Dalam Perang dan Damai,” sejumlah eks kombatan GAM, para aktifis kemanusian, mahasiswa, perwakilan partai lokal (parlok) yang berada di wilayah Kota Langsa, Aceh Timur dan Aceh Tamiang serta unsur lainnya.
Ketua Forum Peduli Rakyat Miskin (FPRM) Nasruddin, disela sela diskusi mengatakan bahwa buku tersebut akan menambah wawasan tentang sejarah perdamaian Aceh pasca konflik.
Kedepan Nasruddin berharap anak anak muda Aceh lebih banyak menulis buku tentang sejarah dalam mempertahankan perdamaian di Aceh, sehingga generasi kedepan mampu merawat perdamaian yang telah dicapai oleh generasi pendahulunya.
Ketua Panitia Sri Rahmayanti SE selaku pelaksana dan moderator diskusi mengatakan, buku ini karya dari salah seorang tokoh perdamian Aceh yang terlibat langsung menjadi juru runding dari perwakilan Aceh, waktu itu terus terlibat dalam proses pedamaian Aceh antara GAM-Pemerintah RI pada masa Aceh masih didera konflik (perang), baik sejak proses damai itu berlangsung di Jenewa, Tokyo, CoHA, hingga Helsinky Filandia.
Lanjutnya, Kegiatan tersebut bertujuan, selain menjadi wadah baru untuk sharing informasi bersama masyarakat sekaligus mempromosi buku tersebut.
Sehingga, menjadi penambahan wacana tentang ke-Acehan, khususnya hubungan RI dengan Aceh serta perjalanan panjang GAM yang disokong berbagai lembaga internasional, dalam merintis upaya damai.
Ia menyebut, kegiatan dimaksud bertujuan mengingat sejarah dan dapat mengungkap fakta baru yang selama ini banyak hal yang belum diketahui masyarakat, baik sesudah maupun sebelum gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 lalu.
“Ini merupakan buku pertama yang ditulis oleh salah seorang juru runding GAM,” ulas Sri Rahmayanti.
Sementara, M. Nur Djuli penulis buku tersebut, menceritakan perjalanan penulisan buku. Puncak dari segala kehebatan proses ini mempercayakan semua urusan penerbitan dan publikasi kepada CV. Kawat Publishing, yang merupakan sebuah penerbit buku yang berbasis di Aceh.
Kepercayaan ini merupakan bentuk dari komitmen yang besar untuk membangun Aceh sekaligus membangun apa saja yang ada di Aceh, termasuk membantu membesarkan usaha-usaha yang dirintis oleh putra-putri Aceh, sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.
“Adapun buku setebal 392 halaman ini, memang lebih banyak membahas jejak sejarah Aceh Perang hingga Damai, dibandrol seharga Rp130 ribu,” ujarnya.
Buku ini tentu sangat erat kaitannya dengan ‘subjektifitas’ penulisnya, akan tetapi, sebagai sebuah buku sejarah, memberikan garansi bahwa tidak melebihkan dan mengurangi isi kandungan dari sejarah itu sendiri.
“Karena menuliskan buku ini apa yang pernah saya alami, rasakan dan lakukan, yang tentu akan berbeda dengan apa yang dirasakan oleh orang lain,” papar mantan juru runding GAM ini, yang juga alumni Bidang Jurnalistik Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan Ecole Superieure de jurnalisme Paris.
Jika pun membaca buku ini harap dibaca dari awal hingga akhirnya.
Semoga buku ini dapat menjadi panduan dalam memahami Aceh, khususnya tentang perjalanan upaya perdamaian yang menghasilkan MoU Helsinki, Finlandia.
“Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua,” pungkas M Nur Djuli. (Nasruddin)